Kamis, 15 Maret 2012

The First Love Comes Back

Mentari mulai menampakkan cahayanya di ufuk timur. Burung-burung mulai berkicauan dan para manusia mulai bergegas melakukan aktivitasnya sehari-hari. Seperti seorang pemuda yang sudah siap untuk bekerja di kantornya. Ia nampak tampan sekali dengan setelan jas-celana  hitam dan kemeja putihnya serta dasi bergaris coklat dan putih. Pemuda itu bernama Cakka Kawekas Nuraga. Untuk ukuran direktur di sebuah perusahaan Nuraga Corp, ia tergolong masih muda untuk memegang jabatan itu. Usianya masih 23 tahun. Namun berkat kerja kerasnya ia dengan mudahnya memegang jabatan itu.
                Di pagi yang masih sejuk itu, ia sudah mengendarai mobilnya Alphardnya menuju kantornya yang lumayan jauh dari rumahnya. Ia memang memiliki rumah sendiri bersama istrinya yang bernama Nadya Almira Putri. Namun istrinya adalah seorang model terkenal di ibu kota –Jakarta- dan jarang sekali berada di rumah. Selain menjadi model, ia juga memiliki profesi presenter yang biasanya berjalan-jalan ke luar negeri. Sehingga, sangat jarang ia bertemu dengan Cakka. Terkadang Cakka sampai kesal sendiri pada istrinya itu. Dan sampai saat ini kedua orang tua Cakka tidak menyetujui pernikahan itu. Alasannya karena wanita karier di dunia entertaiment itu tidak akan pernah bisa melayani suaminya karena terlalu sibuk dengan dunianya. Kini Cakka menyesal telah menikah dengan Nadya. Beruntung kedua orang tua Cakka masih mau mempekerjakan Cakka di Nuraga Corp –Perusahaan milik ayah Cakka- meskipun Cakka tidak diperbolehkan untuk meminta sedikitpun fasilitas untuk kelangsungan hidupnya.
                Setelah menempuh perjalanan selama 20 menit, Cakka pun sampai di kantornya. Ia memarkirkan mobilnya setelah itu ia segera keluar dari mobilnya dengan wajah angkuhnya. Kemudian ia melangkah dengan santai memasuki kantor Nuraga Corp itu. Ia disambut oleh sapaan dari beberapa pekerja bawahannya dengan sopan. Cakka hanya membalasnya dengan senyum tipisnya tanpa menghilangkan wajah dinginnya. Ia terus melangkah menuju lift yang akan mengantarkannya pada ruang kerjanya. Sesampai di ruang kerja, Cakka duduk di kursinya dan mulai mengecheck beberapa berkas-berkas penting.
                Selang beberapa menit, tiba-tiba seseorang mengetuk pintu ruangannya. Cakka menoleh ke arah pintu ruangannya dan terdiam sesaat sebelum mempersilakannya masuk.
“Masuk,”
Terlihat pintu ruangannya terbuka dan muncul lah seseorang yang tak asing bagi Cakka. “Permisi,” ucap seseorang itu, lebih tepatnya seorang gadis.
“Hn,”
“Maaf pak, saya sekretaris baru bapak, sebelumnya saya sudah direkomendasikan oleh ayah bapak untuk menjadi sekretaris bapak,” ucap gadis itu.
“Oh, maaf saya kurang suka dipanggil bapak, kau tinggal mengucapkan anda saja,” ucap Cakka.
“Gomen, eh maksud saya maaf,” ucap gadis itu sambil menundukkan kepalanya.
“Tidak apa,” balas Cakka.
“Terima kasih,” kata gadis itu sambil tersenyum.
DEG..
                Hati Cakka berdesir melihat senyum itu. Rasanya tak asing senyum itu dalam penglihatannya. Sepertinya Cakka pernah melihat gadis itu namun entah dimana. Gadis berambut panjang sepunggung dan memiliki mata sipit itu mengingatkan Cakka pada seseorang.
“Ehm, saya mengerti, tadi malam ayah saya sudah membicarakannya,” ujar Cakka. “Oh ya, ini ada beberapa tugas yang harus kau selesaikan hari ini, tolong salin berkas-berkas itu,” lanjut Cakka kemudian memberikan beberapa berkas pada gadis yang belum diketahui namanya itu. Gadis itu pun menerimanya.   
“Oh ya, sepertinya kau lupa memperkenalkan diri, siapa namamu?” tanya Cakka. Gadis itu tampak mengulurkan tangannya.
“Gommennasai, Saya Oik Cahya Ramadlani,” ucap gadis itu yang ternyata bernama Oik. Cakka membalas uluran tangannya.
“Saya Cakka Kawekas Nuraga, mohon kerja samanya,” sahut Cakka. Oik kembali tersenyum dan sukses membuat Cakka mengingat seseorang yang tak asing baginya. Keduanya pun saling melepaskan jabatan tangan mereka.
“Tunggu, rasanya kita pernah bertemu, dimana ya?” tanya Cakka sembari mengingat-ingat kejadian di masa lampau.
“Yah, memang benar, saya adalah cinta pertama anda,”
DEG..
                Hati Cakka seperti tertimpa beton. Kini Cakka baru ingat, gadis itu memang cinta pertama Cakka saat duduk bangku di SMP. Cakka pernah menyukainya namun sayangnya gadis itu menolak untuk menjadi kekasihnya. Semenjak saat itu, Cakka menjadi dingin pada semua orang. Dan pada suatu ketika, ia bertemu dengan Nadya. Gadis cantik yang bisa memikat hati Cakka. Dan bisa membuat Cakka melupakan Oik, cinta pertamanya.
“Permisi, saya keluar dulu,” pamit Oik kemudian membalikkan tubuhnya. Cakka hanya diam sambil menatap Oik yang perlahan melangkah keluar dari ruangannya. Sungguh Cakka tak pernah menyangka ia akan kembali lagi.
.
.
.
.
                Saat ini adalah jam makan siang. Biasanya Cakka akan makan siang ditemani dengan Agni -sekretarisnya yang lama-, namun karena sekretarisnya sudah digantikan oleh Oik, jadilah ia makan siang dengan Oik dan juga rekan kerjanya yang lain. Ternyata Oik bisa menyesuaikan diri dengan baik di kantor itu. Buktinya ia sudah akrab dengan Alvin, wakil direktur di Nuraga Corp sekaligus adalah sepupu Cakka. Melihat itu, entah mengapa rahang Cakka mengeras. Rasanya ia tak rela melihat Oik akrab dengan sepupunya itu.
“Oik, bagaimana SMA dan kuliahmu selama di Jepang? Pasti sangat menyenangkan ya?” terdengar percakapan antara Alvin dan Oik seusai makan siang.
“Ya begitulah vin, di sana aku banyak belajar bahasa Jepang, dan aku juga sering sekali bertemu dengan artis-artis papan atas Jepang, seperti Hey Say Jump!” cerita Oik dengan ceria. Alvin tersenyum menanggapinya.
“Wah pasti sangat menyenangkan,” kata Alvin sambil tersenyum lebar.
“Iya, hehe...” cengir Oik. Cakka yang sedari tadi menatap mereka hanya bisa terdiam sambil mendengarkan apa yang mereka bicarakan.
“Ehm, sebaiknya kita cepat-cepat ke ruangan masing-masing, masih banyak pekerjaan yang harus diselesaikan,” ujar Cakka dingin. Alvin, Oik, dan rekan yang lain pun bergegas menuju ruangan masing-masing. Cakka sendiri sudah mendahului mereka.
                Setibanya di ruang kerja, Cakka segera duduk di kursinya dan menghela nafasnya yang seakan terasa berat. Ia mencoba merilekskan tubuhnya yang sedari tadi menegang karena melihat keakraban Alvin dan Oik. Entah mengapa nafasnya begitu sesak melihat keduanya bisa seakrab itu. Padahal sepertinya mereka baru saja saling kenal. Ia sepertinya melupakan Nadya yang notabenenya adalah istrinya itu. Meskipun Nadya berhasil membuat Cakka melupakan Oik, namun ternyata ketika Cakka dihadapkan pada gadis yang masih memiliki ruang kecil di hatinya itu, tubuhnya langsung melemas. Hati kecilnya berkata masih ingin memilikiinya.
“HAAAHH!” tiba-tiba Cakka berteriak mencoba melepaskan rasa sesak di dadanya.
“Mengapa aku menjadi seperti ini, Tuhan, apakah aku masih mencintainya?”
.
.
.
.
                Malam itu Cakka sudah bersiap untuk pulang ke rumahnya. Ia sudah di dalam mobil, kemudian ia pun menyalakan mesin mobilnya dan melajukan mobilnya perlahan. Namun ketika ia melewati gerbang, ia melihat seorang gadis yang sedang berdiri di pinggir gerbang. Merasa kenal dengan gadis itu, Cakka menghentikan laju mobilnya dan membuka jendela mobilnya.
“Oik, mau ikut denganku?” tawar Cakka. Gadis itu –Oik- menoleh ke arah Cakka dan melemparkan senyum manisnya.
“Terima kasih, tidak usah,” tolak Oik halus.
“Oh ayolah, aku tahu kau pasti menunggu taksi, aku tak akan keberatan jika aku mengantarmu pulang,” rajuk Cakka. Oik nampak menimang-nimang perkataan Cakka.
“Hm, baiklah... Kalau itu maumu,” kata Oik kemudian masuk ke dalam mobil Cakka dan duduk di samping Cakka. Lalu menutup pintu mobilnya. Cakka pun tersenyum senang. Setelahnya, Cakka segera melajukan mobilnya kembali.
.
.
.
.
                Seusai mengantarkan Oik, Cakka bergegas pulang ke rumahnya. Ternyata rumah Oik tak jauh dari kompleks rumahnya. Hanya selisih beberapa blok saja. Dalam waktu 5 menit, Cakka sudah sampai di halaman rumahnya. Ia melajukan mobilnya dengan perlahan menuju garasi mobilnya. Kemudian ia pun menghentikan laju mobilnya dan mematikan mesin mobilnya. Mencabut kunci mobilnya dan segera keluar dari mobilnya. Setelahnya ia menyalakan alarm mobilnya, kemudian ia langsung masuk ke dalam rumahnya. Tentu saja pembantunya yang membukakan pintunya.
                Ketika ia baru saja memasuki ruang tamu, ia disambut oleh Nadya, istrinya. Namun wajah Cakka sama sekali tak menunjukkan kesenangan. Bahkan wajahnya tetap saja cuek dan dingin.
“Kau di rumah rupanya,” komentar Cakka begitu Nadya mendekatinya dan memeluknya. Cakka pun membalas pelukan istrinya.
“I miss you so much, darling,” ucap Nadya sambil mengecup singkat bibir Cakka.
“Yeah, I miss you too,” balas Cakka datar.
“Oh darling, what’s going on? You look so-“
“What? I’m so tired and I want to go to bed...” potong Cakka kemudian pergi meninggalkan Nadya yang menatapnya heran.
“Ada apa sih dengan Cakka? Bukannya senang aku ada di rumah, malah acuh tak acuh seperti itu,” gerutu Nadya dalam hati. Lalu ia pun segera mengikuti Cakka.
.
.
.
.
                Semenjak Oik bekerja menjadi sekretaris Cakka, mereka menjadi dekat. Namun Cakka sempat mengancam Alvin agar tak mendekati Oik lagi, karena kalau sampai berani mendekati Oik, Cakka akan memecatnya. Alvin langsung menurut, karena ia tak mau jabatannya hilang hanya karena seorang gadis. Lagipula Alvin juga sudah mengincar seseorang sebelum Oik datang, yaitu Zevana. Gadis berbehel yang bekerja sebagai bendahara di perusahaan Nuraga Corp itu.
                Awalnya Oik selalu menghindari Cakka jika Cakka mendekatinya karena ia tahu Cakka sudah memiliki seorang istri. Namun Cakka selalu mengatakan, ‘Tenang saja, di dalam ruanganku tak akan pernah ada yang berani masuk jika belum ku beri izin, kita akan lebih leluasa untuk berdua,’
                Oik mengerti, Cakka masih mencintainya. Begitu pula sebaliknya. Namun Oik sangat merasa bersalah jika ia harus menjadi selingkuhan Cakka. Apalagi, profesi Oik dengan Nadya amat sangat berbanding terbalik. Begitu pula penampilannya. Nadya cenderung lebih fashionista dan wajahnya sangat menggoda iman. Terlebih badannya yang proporsional. Tinggi, putih, cantik, dan berwawasan luas. Siapa yang tidak mau dengan wanita sesempurna itu?
                Berbeda sekali dengan Oik. Ia hanya seorang gadis yang mungil, putih, namun ia memiliki wajah yang menarik. Matanya yang indah dan wajahnya yang polos membuat orang gemas padanya. Oik sama sekali tak pernah merasa setara dengan Nadya. Ia selalu merendahkan hati jika dibanding-bandingkan dengan Nadya oleh Cakka. Dan itulah yang disukai oleh Cakka.
..........
                Sore itu Cakka dan Oik masih berkutat di dalam ruangan Cakka. Keduanya tampak sibuk mengerjakan tugas mereka. Setelah 30 menit berlalu, Cakka nampak kelelahan. Ia meminta istirahat sebentar begitu juga dengan Oik. Mereka pun duduk di sofa ruang kerja Cakka. Kemudian mereka meneguk secangkir kopi susu hangat yang tersedia di atas meja yang terletak di depan sofa.
“Benar-benar melelahkan yah,” ujar Oik mencoba membuka pembicaraan.
“Yah, seperti itulah pekerjaan kita,” sahut Cakka. Oik hanya tersenyum tipis.
“Ik,” panggil Cakka. Oik pun menoleh.
“Ya,” sahut Oik pelan.
“Apa kau tahu, bagaimana perasaanku dulu ketika kau menolakku?” tanya Cakka. Oik hanya terdiam.
“Hatiku sangat sakit, kupikir kau juga menyukaiku, tapi ternyata...”
“Kau tak mengerti alasanku menolakmu,” potong Oik kemudian.
“Apa?” tanya Cakka penasaran.
“alasanku mengapa aku menolakmu waktu itu karena aku akan pergi ke Jepang pada saat SMA, jadi kuputuskan untuk menolakmu, karena jika kuterima, hubungan kita akan hancur ketika aku harus pergi ke Jepang,” jelas Oik. Cakka tertegun sejenak.
TOK TOK TOK
                Terdengar suara ketukan pintu ruangan itu. Cakka dan Oik pun membenahi posisi mereka. Oik segera berdiri dan kembali mendekati laptopnya. Sementara Cakka masih duduk dengan tenang.
“Masuk,” perintah Cakka. Sesaat kemudian seorang wanita masuk ke dalam ruangan itu. Wanita dengan tubuh langsingnya dan pakaian modisnya membuat setiap orang akan terpana padanya. Termasuk Oik, namun ternyata Cakka hanya menatapnya datar. Mungkin karena terlalu sering melihatnya menggunakan pakaian yang modis seperti itu.
“Hai sayang,” sapa wanita itu mesra sambil mendekati Cakka lalu memeluknya. Kemudian ia duduk di samping Cakka.
“Hai juga sayang,” Cakka menyapa balik meski terdengar sangat terpaksa.
“Siapa dia?” tanya wanita itu, Nadya, sambil mengedik ke arah Oik.
“Oik, sekretaris baru,” jawab Cakka singkat.
“Oh, dia tidak kegenitan seperti sekretarismu yang dulu kan? Yang bernama Shilla itu?” tanya Nadya sambil menatap Oik sedikit tak suka.
“Tentu saja tidak, dia gadis yang baik dan tenang,” jawab Cakka dan Nadya tak sadar bahwa Cakka memuji Oik.
“Oh baguslah, sayang, pulang yuk, sudah lama kita tidak melakukan per-“
“Aku masih sibuk, lebih baik kau pulang daripada kau menggangguku dan akan mengulur waktuku untuk menyelesaikan pekerjaanku,” kata Cakka sambil beranjak dari duduknya dan mendekati mejanya. Nadya langsung memasang wajah masamnya.
“Akhir-akhir ini kau terlihat sangat aneh, apa kau tidak mencintaiku lagi?” tanya Nadya terang-terangan.
DEG...
                Cakka dan juga Oik kaget mendengarnya. Cakka berdecak kesal mengapa harus menanyakan itu di depan Oik. Cakka bingung harus menjawab apa. Sejujurnya ia masih mencintai Nadya namun hati kecilnya terus berkata bahwa Oik masih bertahta di dalam hatinya.
“Hhh... Kau ini frontal ya, sudah pulang saja, kalau kau cepat pulang, maka aku juga akan cepat pulang, tunggu aku di rumah saja,” ucap Cakka dingin. Nadya memanyunkan bibirnya.
“Baiklah, aku pulang, awas saja kalau kau, berani selingkuh,” ancam Nadya kemudian keluar dari ruangan itu. Cakka langsung menghela nafas lega.
“Tak seharusnya kau mengusirnya,” celetuk Oik kemudian. Cakka sedikit terkejut mendengar teguran Oik.
“Tapi aku benar-benar tak ingin bertemu dengannya, lebih tepatnya, aku bosan bertemu dengannya,” sangkal Cakka.
“Kenapa? Bukannya dia adalah istrimu? Seharusnya kau beruntung memiliki istri yang sempurna seperti dia,” ujar Oik.
“Ya memang, awalnya aku merasa sangat beruntung, tapi ternyata, aku rasa akan lebih beruntung jika aku menunggumu,” ucap Cakka.
DEG..
                Jantung Oik serasa seperti berhenti. Tangannya yang sedari tadi mengetik pun ikut berhenti. Ia berpikir sejenak. Apa maksudnya?
“Aku akan merasa sangat beruntung jika aku terus menunggumu kembali ke Indonesia dan menikah denganku,” jelas Cakka yang membuat Oik terkejut. Ia tak dapat berkata-kata. Rasanya ia ingin kembali ke masa lalu untuk menyatakan bahwa ‘aku juga mencintaimu dan tunggulah aku jika kau benar-benar mencintaiku’.  Namun itu sangatlah mustahil, waktu tidak dapat diputar kembali.
“Tapi... semua sudah terjadi, kita tak mungkin akan bersatu,” sela Oik.
“Bisa,” sanggah Cakka. “Aku akan menceraikan Nadya dan menikah denganmu,” lanjutnya.
“Tidak, jangan kau lakukan itu, aku tak mau diperolok olehnya dan kau tahu sendiri dia adalah entertainer, aku tak mau dibawa-bawa dalam masalah seperti itu,” sergah Oik.
“Lalu apa yang harus kulakukan? Aku menyesal telah menikah dengannya, harusnya aku menuruti perkataan orang tuaku dulu,” Cakka mengacak rambutnya.
“Biarkan waktu yang akan menjawab,” kata Oik kemudian kembali melanjutkan pekerjaannya.
                Cakka hanya bisa menatap kosong ke depan. Ia bingung harus bagaimana menghadapinya. Rasanya cinta yang ia simpan untuk Nadya kini telah beralih pada Oik. Cinta pertamanya yang berhasil ia lupakan namun ternyata perasaan itu masih ada untuknya. Cakka hanya bisa berdoa agar mendapat petunjuk dari Yang Maha Kuasa.
.
.
.
.

JEDER
                Sebuah insiden yang sangat tak terduga terjadi pada diri Oik dalam beberapa jam. Insiden itu sangat berdampak buruk pada dirinya dan juga hubungan antara Cakka dengan Nadya. Ya, keesokkan malam setelah Nadya mengunjungi Cakka di kantornya, Cakka melakukan hubungan terlarang dengan Oik. Pikiran Cakka ketika itu memang sedang tidak jernih. Ia bingung harus bagaimana lagi menghadapi masalahnya.
                Oik sendiri merasa sangat kecewa pada Cakka. Ia malu, malu pada Tuhan, kedua orang tua, keluarganya, dan dirinya sendiri. Ia merasa sangat terhina, merasa sudah tak pantas untuk hidup di dunia ini. Namun tak dapat ia pungkiri, kejadian malam itu benar-benar membuatnya melayang bagaikan berada di surga.
FLASHBACK--
                Malam itu, Oik dan Cakka masih berada di ruangan Cakka. Mereka masih mengurus pekerjaan mereka yang tak kunjung kelar. Sampai akhirnya Cakka memilih untuk beristirahat sebentar. Sementara Oik tetap melanjutkan pekerjaannya. Membenahi kertas-kertas yang berantakan di meja Cakka.
                Setelah merasa cukup, Cakka pun berdiri. Sebelum ia mendekatinya, ia menatap Oik dari belakang dengan tatapan sendu.               
“Maafkan aku, aku harus melakukan ini padamu, karena hanya dengan cara ini, kau bisa menjadi milikku,” lirih Cakka.
                Cakka mulai bergerak mendekati Oik. Terus mendekat dan ia pun memeluk Oik dari belakang. Oik sempat kaget namun ia mencoba untuk melepaskan tangan Cakka.
“Cakka, tolong lepaskan, aku tak mau disebut sebagai orang ketiga, ingat, kau sudah memiliki istri,” ucap Oik.
“Tidak, aku tidak akan melepaskanmu, karena aku mencintaimu, tidak, aku masih mencintaimu,” ucap Cakka sambil menghirup aroma wangi yang menguar dari tubuh Oik. Ia mulai menciumi bahu Oik.
“Cakka lepaskan,” seru Oik tertahan. Bulu kuduknya mulai berdiri, pipinya mulai menghangat dan perutnya tergelitik. Cakka terus melakukan kegiatannya tanpa menghiraukan penolakan dari Oik.
“Oik, tolong, jujur saja padaku, kau mencintaiku kan?” tanya Cakka.
“....”
“Kumohon katakanlah,” kata Cakka.
“Baiklah, yah... Aku memang mencintaimu,” ucap Oik.
“Benarkah?” tanya Cakka.
“Yah begitulah,” jawab Oik dengan wajah yang bersemu merah.
“Oik,” panggil Cakka sambil membalikkan tubuh Oik agar menghadap padanya.”Tataplah mataku,” perintah Cakka. Oik pun menatap mata Cakka yang semakin lama semakin menghipnotis.
“Aku mencintaimu,” ucap Cakka kemudian dengan perlahan mendekatkan bibirnya ke arah bibir Oik. Semakin dekat dan akhirnya kedua bibir itu menempel. Cakka pun mengecup bibir Oik dengan sangat lembut. Keduanya mulai memejamkan mata masing-masing. Kemudian Cakka menggerakkan tangannya untuk melingkari pinggang ramping Oik sedangkan Oik melingkarkan tangannya di leher Cakka. Lama-kelamaan ciuman lembut itu berubah menjadi semakin liar. Cakka menjilat bibir Oik meminta izin untuk akses masuk. Oik pun akhirnya membuka sedikit bibirnya dan kesempatan itu langsung diambil oleh Cakka. Ia segera memasukkan lidahnya ke dalam rongga mulut Oik. Lidah itu mulai mengacak isi mulut Oik hingga saliva mereka turun melewati dagu masing-masing. Kedua lidah itu saling bertarung di dalam sana.
“Emmphh...” desah Oik di dalam ciuman. Ia  merasa membutuhkan pasokan oksigen. Cakka yang mengerti pun akhirnya melepaskannya dan membiarkan bernafas sejenak sambil saling bertatapan.
“Kau jago juga,” komentar Cakka yang membuat wajah Oik memerah.
                Tanpa aba-aba Cakka kembali mencium bibir Oik lagi. Kali ini tak ada french kiss, Cakka memang sengaja mencium Oik dengan penuh perasaan agar gadis itu terbawa ke dalam suasana. Cakka menuntun Oik ke sofa sambil terus melakukan aktivitasnya. Cakka bergerak maju sementara Oik mundur. Dan akhirnya Cakka berhasil membuat Oik jatuh di sofa dengan Cakka yang menindihinya. Perlahan namun pasti, tangan nakal Cakka mulai menyusup ke balik kemeja Oik. Kemudian ia melepaskan pengait bra yang Oik kenakan. Setelahnya, ia mulai membuka satu persatu kancing baju kemeja Oik.
                Merasa tak sabar, Cakka pun segera melucuti semua pakaian Oik dan juga dirinya. Sampai tak ada sehelai benang pun yang menempel pada tubuh mereka. Cakka mulai melakukan permainannya. Ia mengawalinya dengan mengecup telinga Oik dan menggigitnya serta menjilatnya sampai gadis itu mengerang namun bagi Cakka itu adalah desahan yang indah.
“Nghhh~”
                Cakka beralih ke mata Oik, hidungnya, pipinya, bibirnya, lalu kemudian leher jenjangnya. Cakka mulai mengecup leher Oik, menghisapnya beberapa saat dan menjilatnya sampai membekas tanda merah di sana. Lalu mulai turun lagi ke dada mulusnya yang sangat menggoda. Ia mencium sebelah kirinya sementara tangan kanannya bergerak untuk memegang sebelah kanannya lalu kemudian mulai meremasnya.
“Ahhh-” Oik mendesah tertahan kemudian menggigit bibirnya berusaha agar desahan itu tak keluar dari mulutnya.
                Setelah merasa puas, Cakka pun menciumi bagian tubuh Oik dari perut sampai ujung kakinya. Kemudian Cakka mulai melakukan permainan intinya.
“Kau sudah basah rupanya,” kata Cakka sambil menyeringai. Dan ia pun segera melakukan aksinya.
“AAAAAAAAAAAHHHHH” Oik begitu kesakitan merasakan sensasinya. Namun Cakka berusaha untuk tidak menyakitinya. Dengan perlahan ia melakukannya dan setelah Oik merasa nyaman, ia mempercepat gerakannya.
“Sabar sayang, kau sudah rasakan kenikmatannya kan,” bisik Cakka menggoda.
“Ta- pi...tetaaap...sajaaahh...sakittt...Cakkkaaahh...” kata Oik sambil berusaha mengatur nafasnya.
“Oohh....Aaaahhh...Cakkaaahh....” desah Oik bagaikan lagu indah di telinga Cakka.
“Teruskan Oik, panggil namaku,” bisik Cakka. Meski desahan itu terus saja Oik tahan, namun tetap saja meluncur dari mulutnya. Bahkan terdengar sangat indah setelah ia tahan beberapa menit.
“Uuhhh...Ohhh... Aahhh...Cakkaaaahh,...Nuragaaa...Heenntiikkaaannhh...” desah Oik terus menerus hingga membuat Cakka melayang.
                Kedua insan itu terus saja melakukan kegiatan mereka. Baginya, itu adalah kenikmatan duniawi. Meskipun itu akan sangat berdampak buruk bagi mereka. Bahkan Tuhan tak akan mengampuni mereka jika mereka tak segera bertaubat.
.
.
.
.
                   Selang beberapa hari setelah insiden itu, Cakka menggugat cerai Nadya. Awalnya Nadya menolak karena ia masih mencintai Cakka. Tetapi Cakka tidak bodoh, ia mendapat informasi dari beberapa mata-mata yang ia tugaskan untuk mengintai Nadya, Nadya sering berduaan dengan lelaki lain. Bahkan sempat melakukan ciuman mesra. Nadya mengakui, dan ia meminta maaf pada Cakka. Namun Cakka tak peduli, ia tetap menggugat cerai Nadya. Kedua orang tua Cakka tentu saja sangat setuju. Berbeda dengan kedua orang tua Nadya yang nampaknya sedikit tidak rela.
                Setelah beberapa kali sidang, akhirnya Cakka telah resmi bercerai dengan Nadya. Selesai melaksanakan sidang yang terakhir, Cakka segera tancap gas menuju kantornya. Selain tak suka ditanya macam-macam oleh wartawan, pekerjaannya juga sudah menanti. Sementara Nadya masih sibuk diwawancarai beberapa wartawan.
                Sesampai di kantornya, Cakka bergegas masuk ke dalam ruangannya. Sebelumnya ia mencari Oik, namun ternyata gadis itu tak berangkat. Ia bertanya pada salah satu recepsionist katanya Oik sakit. Cakka pun akhirnya meminta Alvin untuk menggantikannya pada saat meeting sore ini. karena ia harus segera menjenguk Oik.
.......
                Pukul 15.30 WIB, Cakka sudah berada dalam perjalanan menuju rumah Oik. Ada perasaan tak enak yang menyelimutinya. Ketika sampai di depan rumah Oik, ia segera turun dari mobilnya dan masuk ke dalam pelataran rumah Oik. Ia segera mengetuk pintu rumah Oik. Tak lama kemudian, terdengar suara pintu dibukakan oleh seseorang. Nampak seorang wanita paruh baya yang hampir mirip dengan Oik, sepertinya ibunya.
“Maaf bu, apa Oik ada di rumah?” tanya Cakka sopan.
“Oh ya, ada, ia sedang sakit, mari masuk,” wanita paruh baya itu mempersilakan Cakka masuk ke dalam rumahnya dan menuntun Cakka menuju kamar Oik. Sesampainya di sana, nampak Oik sedang terbaring dengan wajah pucatnya. Ia nampak tertidur.
“Oh ya, apakah kamu direktur di Nuraga Corp?” tanya wanita paruh baya itu.
“Iya benar, dan saya juga kekasih Oik,” aku Cakka.
“Oh, begitu, saya adalah ibunya, ayahnya masih berada di Jepang,” jelas wanita paruh baya itu yang benar adalah ibu dari Oik.
“Oh begitu, maaf bu sebelumnya, sebenarnya Oik sakit apa?” tanya Cakka.
“Ibu sendiri juga kurang mengerti, kemarin tubuhnya lemas dan suhu badannya terasa sangat dingin,” jelas ibu Oik. “Ibu sudah menyuruhnya untuk periksa ke dokter namun ia menolaknya,” lanjutnya.
“Baiklah kalau begitu, saya pamit dulu bu, Oh ya, mungkin kalau Oik sudah sembuh, saya akan segera melamarnya,” ujar Cakka.
“Oh baiklah nak, ibu merestui hubungan kalian,” kata Ibu Oik sambil tersenyum.
“Terima kasih bu,” sahut Cakka. “Saya pulang dulu bu,” pamit Cakka. Ibu Oik mengangguk. Kemudian Cakka pun berlalu.
.
.
.
.
                Selang beberapa hari, akhirnya Oik sembuh dari sakitnya. Ketika Cakka menanyakannya, Oik menjelaskan bahwa ia hanya demam saja. Ia terlalu pusing memikirkan masalahnya. Cakka pun berusaha meminta maaf pada Oik tentang insiden itu. Dan akhirnya Oik memaafkan meski berat mengatakannya. Cakka pun menghela nafasnya lega.
                Tanpa membuang waktu lagi, Cakka segera membicarakan rencana lamarannya pada Oik kepada kedua orang tuanya. Tentu saja kedua orang tuanya sangat setuju karena memang Ayah Cakka sudah lama kenal dengan Oik. Dan lamaran itupun segera dilangsungkan. 
.
.
.
.
                Sekian minggu kemudian, Cakka memutuskan untuk menikah dengan Oik. Dan pernikahan itu segera dipersiapkan selama kurang lebih 3 minggu. Cakka mengundang banyak rekan-rekan kerjanya, juga Nadya, mantan istrinya yang kini juga sudah menikah dengan seorang model juga, dan Oik juga mengundang teman-temannya yang berada di Jepang.
                Pesta pernikahan antara Oik dan Cakka pun hari ini dilangsungkan di hotel setelah sebelumnya mengucapkan ikrar pernikahan di sebuah Masjid ternama di Jakarta. Keduanya terlihat sangat bahagia. Begitu pula kedua orang tua masing-masing. Dan ternyata Nadya datang bersama suami barunya. Keduanya pun tampak bahagia. Sepertinya memang benar, Nadya sudah lebih dulu selingkuh sebelum Cakka bertemu dengan Oik. Mereka tampak mendekati Oik dan Cakka di atas podium dan mengucapkan selamat. Meskipun ada rasa canggung, namun Cakka tetap terlihat tenang, dan tentunya dingin. Berbeda dengan Oik yang menanggapinya dengan ramah.
                Setelah pesta pernikahan itu berakhir, Cakka dan Oik segera masuk ke dalam kamar hotel yang sudah dibooking. Kemudian mereka bergegas mengganti baju mereka dengan piyama setelah sebelumnya mandi. Lalu mereka pun berbaring di atas ranjang.
“Akhirnya aku bisa menikah denganmu,” celetuk Cakka. Oik hanya tersenyum.
“Dan untungnya, kau tidak sampai hamil,” lanjutnya.
“Ya, tapi tetap saja aku merasa sangat hina,” lirih Oik. Cakka langsung mendekapnya.
“Maafkan aku, aku berjanji akan bertaubat, aku tahu itu adalah perbuatan yang sangat keji, aku tahu kita sangat berdosa, aku bersiap untuk menanggung semua dosamu dan dosaku, tapi ketahuilah, itu semua karena aku ingin memilikimu, seutuhnya…” sesal Cakka. Oik hanya menangis lirih.
“Aku mencintaimu,” ucap Cakka kemudian mengecup bibir Oik dengan lembut.

                Akhirnya cinta mereka bisa bersatu. Meskipun harus menanggung dosa yang berat, tapi itu semua sudah menjadi takdir. Dan mereka harus bisa memperbaiki kesalahan itu. Mereka siap menyongsong hari baru untuk memperbaiki hidup mereka demi kebahagiaan di masa mendatang.              


THE END!

1 komentar:

  1. perbuatan keji yang indah *eh
    hahaha

    untung oik gg hamil...
    hamil juga gpp kok *eh lagi

    BalasHapus